Dahulukala hiduplah seorang laki-laki bernama Nusa. Ia tinggal bersama isteri dan adik iparnya. Untuk mencukupi kebutuhan keluarganya, Nusa bekerja di sawah dan menangkap ikan. Suatu ketika terjadi musim kemarau panjang. Sungai dan mata air kering. Tanamanpun layu bahkan sebagian mati. Nusa seperti halnya warga lain mengalami kesulitan mendapatkan air.
Banyak sekali cerita rakyat di Negara kita, salah satunya adalah Legenda Pulau Senua. Ada pelajara yang bisa di petik dari cerita rakyat ini. Yuk kita ceritakan untuk si kecil berbagai legenda yang ada di negara kita. Pulau Senua Senoa adalah pulau terluar Indonesia yang terletak di laut laut Cina Selatan yang berbatasan dengan negara Malaysia timur Kalimantan Utara. Pulau Senua ini merupakan wilayah dari kabupaten Natuna, provinsi Kepulauan Riau. Alkisah pada jaman dahulu di Natuna, hiduplah sepasang suami istri yang selalu didera kemiskinan. Kehidupan mereka tak pernah membaik sejak menikah. Karena ingin merubah nasib, pasangan suami istri itu memutuskan untuk merantau ke Pulau Bunguran yang terkenal akan kekayaan lautnya. Ketika telah tiba di Pulau Bunguran, sang suami yang bernama Baitusen bekerja sebagai nelayan seperti halnya penduduk asli pulau itu. Sehari hari Baitusen mencari kerang dan siput. Sang istri yang bernama Mai Lamah bekerja membantu suaminya membuka kulit kerang yang akan dijual sebagai bahan baku perhiasan. Baitusen dan Mai Lamah sangat kerasan tinggal di Pulau Bunguran. Selain penduduknya yang menjunjung tinggi nilai persaudaraan terhadap sesama, kehidupan mereka juga lebih baik dibanding sewaktu menetap di Natuna. Baitusen bekerja dengan penuh semangat. Daerah tangkapan siput dan kerangnyapun semakin hari semakin jauh. Semangat Baitusen untuk merubah nasib keluarganya semakin besar takkala Mai Lamah mulai mengandung. Ia tak ingin anaknya nanti menderita seperti yang pernah ia rasakan bersama istrinya. Pada suatu ketika tanpa sengaja, Baitusen menemukan lubuk teripang yang berisi ribuan ekor teripang. Para tetangga menyarankan Baitusen untuk mengeringkan teripang teripang itu dan menjualnya kepada para pedagang yang datang dari Cina. Harga teripang kering di Cina sangatlah mahal. Karena itulah para pedagang Cina bersedia membelinya dengan harga tinggi. Apa yang dikatakan tetangga Baitusen bukanlah isapan jempol belaka. Baitusen memperoleh banyak uang dari hasil penjualan teripang keringnya. Dalam waktu sekejap, Baitusen dan Mai Lamah berubah menjadi orang kaya di Pulau Bunguran. Semenjak itu, Baitusen tak pernah lagi mencari siput dan kerang, Ia terus memburu teripang setiap hari. Uang yang diperolehnya dipergunakannya untuk membeli perahu yang lebih besar. Karena nasibnya yang mujur, Baitusen selalu memperoleh teripang dalam jumlah besar. Hanya dalam waktu singkat, Baitusen dan Mai Lamah terkenal sebagai pedagang teripang yang kaya raya. Kekayaan yang diperoleh suaminya, rupanya membuat Mai Lamah lupa daratan. Bukan hanya dandanannya yang berubah bak seorang nyonya, perangainyapun ikut berubah. Mai Lamah kini bukanlah Mai Lamah yang dulu. Ia berubah menjadi seorang wanita yang sangat sombong dan kikir. Mata hatinya seakan tertutupi oleh silaunya harta. Ia bukan hanya menolak tetangganya yang datang meminta bantuannya, melainkan juga menghina mereka. Teguran Baitusen agar Mai Lamah merubah sikapnya sama sekali tak dihiraukannya. Para tetangga mulai menjauh dari Baitusen dan Mai Lamah. Mereka enggan untuk sekedar bertegur sapa dengan suami istri itu. Meski demikian Mai Lamah tak jua berubah. Ia justru merasa beruntung tak ada lagi orang yang datang ke rumahnya untuk meminta bantuan. Hari berganti hari, waktu berjalan begitu cepat. Tak terasa tibalah saatnya Mai Lamah untuk melahirkan. Baitusen merasa sangat bingung ketika istrinya itu berteriak teriak kesakitan. Segera saja Baitusen meminta pertolongan kepada para tetangga. Rasa sakit hati membuat tak seorangpun di Pulau Bunguran yang mau menolong, bahkan dukun beranakpun menolak untuk menolong Mai Lamah. Baitusen sungguh tak tega melihat Mai Lamah kesakitan. “Ayolah kita berangkat ke pulau seberang ,dik..”, katanya kepada Mai Lamah. “Abang dengar disana ada seorang dukun beranak…”, tambahnya lagi sambil memapah Mai Lamah. Meski sedang menahan rasa sakit yang luar biasa, Mai Lamah masih saja teringat akan harta bendanya. “Jangan lupa bawa semua emas kita, bang..”, katanya kepada suaminya. Baitusen menurut saja kata kata istrinya. Ia segera mengambil semua emas mereka dan kembali memapah Mai Lamah ke perahu. Baitusen mulai mendayung perahunya. Arus air dari arah pulau yang dituju membuat perahunya berat untuk dikayuh. Belum lagi emas yang mereka bawa membuat perahu itu semakin terasa berat. Meski Baitusen telah mendayung dengan sekuat tenaga, perahunya hanya melaju perlahan. Semakin ke tengah laut, ombak yang datangpun semakin besar. Baitusen mulai kehabisan tenaga. Air laut yang masuk ke dalam perahu membuat Mai Lamah menjerit ketakutan. “Awas bang… kita bisa tenggelam…”, teriaknya panik. Ketakutan Mai Lamah segera menjadi kenyataan. Air laut yang masuk ke dalam perahu semakin deras dan akhirnya membuat perahu itu tenggelam. Legenda Pulau Senua Tubuh Baitusen dan Mai Lamah hanyut terbawa gelombang air laut dan terdampar di pantai Bunguran Timur. Angin kencang dan hujan turun dengan derasnya ketika tubuh sepasang suami istri itu tiba di pantai. Tak terduga kilat menyambar tubuh Mai Lamah yang berbadan dua itu berkali kali dan merubahnya menjadi batu. Seiring berjalannya waktu, batu jelmaan tubuh Mai Lamah bertambah besar dan menjadi sebuah pulau. Oleh masyarakat sekitar pulau yang terletak di ujung Tanjung Senubing, Bunguran Timur itu dinamakan Senua yang berarti satu tubuh berbadan dua. Saat ini Pulau Bunguran terkenal sebagai pulau sarang burung walet yang konon merupakan jelmaan dari perhiasan yang dikenakan Mai Lamah. Pesan moral dari Legenda Pulau Senua adalah janglah menjadi orang yang sombong dan kikir. Kita membutuhkan orang lain dalam kehidupan kita. Oleh karenanya bertingkah lakulah yang baik agar bisa diterima oleh masyarakat. Baca legenda terbaik kami lainnya Cerita Legenda Di Indonesia Asal Muasal Sungai KawatCerita Dongeng Singkat Fabel Tupai dan Ikan GabusContoh cerita rakyat pendek dari Nusa Tenggara TimurContoh Cerpen Anak Dari Legenda Nusa Tenggara TimurCerita Dongeng Anak Pendek Legenda Sari BulanKumpulan Cerita Legenda Dari Nusa Tenggara Barat Batu GologKumpulan Cerita Rakyat Indonesia dari BaliDongeng Anak Indonesia Gede Gusti PasekanCerita Legenda Indonesia – Dongeng Rakyat Yogyakarta Terbaik
PIKIRANRAKYAT - Ketika teks proklamasi selesai ditulis Soekarno, yang harus dilakukan pertama kali adalah memindahkan tulisan tangan itu ke mesin tik untuk diketik ulang. Di masa itu, para pemuda revolusi jarang yang memiliki mesin tik pribadi termasuk Soekarno , yang lebih sering menulis buah pikirannya lewat tulisan tangan di atas kertas.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Identitas BukuJudul Buku Laut BerceritaPenulis Leila Salikha Chudori Tebal Buku 379 Penerbit Kepustakaan Populer GramediaCetakan 33Tahun Terbit 2022Ringkasan Buku Menceritakan kisah kehidupan Biru Laut dari sudut pandang orang pertama yang mengkisahkan kembali seluruh perjalanan hidupnya saat jarak kematian dengan dirinya hanya dalam satuan detik. Kisah awal adalah tentang tokoh-tokoh yang ada dalam sekeliling Laut yaitu Kinan, Alex,Daniel, Sunu dan Bram dengan latar tempat di Seyegan dalam keluarga keluarga yang mengagumi sastra. Menjadikan Laut dan Adiknya memiliki referensi bacaan sastra sejak kecil. Hal ini tidak luput dari pekerjaan Ayah Laut yang merupakan seorang wartawan, sedangkan Ibu Laut adalah seorang Ibu Rumah Tangga yang memiliki keterampilan dalam mengolah bumbu dapur. Laut juga memiliki seorang adik bernama Asmara Jati yang juga tertarik terhadap sastra, akan tetapi asmara hanya menjadikan sastra sebagai bahan bacaan. Karena Asamara lebih memiliki ketertarikan terhadap hal-hal yang bersifat sains dan pasti. Berbeda dengan Laut yang justru sangat tertarik untuk mengerti lebih dalam tentang sebuah karya sastra. Inilah salah satu hal yang melatarbelakangi jiwa aktvisme yang terdapat dalam diri Laut menjadi salah satu Mahasiswa Sastra Inggris Universitas Gadjah Mada, sedangkan Kinan adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik FISIP. Masa lalu Kinan,Laut dan Bram bersinggungan karena memiliki latar kehidupan dalam lingkungan yang sudah dihadapkan pada realitas sosial ketidakadilan yang terjadi pada saat itu. Kesukaan mereka terhadapn sastra dan kesadaran akan terdapatnya ketidakadilan sosial yang berakar dari sistem politik akhirnya menyatukan ikatan diantara mereka bertiga. Mereka membentuk kelompok perlawanan Wirasena dan Winatra untuk melawan orde baru, karena tata kelola kenegaraannya banyak bersebrangan dengan berbagai pandangan hidup mereka yang ideal. Salah satu contoh sederhanya adalah tentang pemalsuan sejarah dan pelarangan sastra yang dianggap membahayakan laut diangkat sebagai sekjen Wirasena dan Bram sebagai romansa adalah ketika Biru bertemu Anjani seorang Mahasiswi seni rupa ISI Institut Seni Indonesia yang menjadi salah satu bagian dari aktivis Taraka yang menjadi bagian dari simbol gerakan perjuangan pada saat itu. Ratih Anjani yang juga memiliki pengetahuan akan cerita Mahabarata dan Ramayana, serta mampu membuat sebuah cerita akan Rama dan Sinta menjadi lebih menarik . Pertemuan pertama antara Laut dan Anjani justru langsung membuat Laut jatuh cinta pada anggota Winatra terhadap Naratama adalah bumbu yang mempu membuat pembaca menempuh ruang imajinasi dan menerka kebenaran dari tuduhan tersebut. Perjuangan aktivis mahasiswa yang tetap berani meskipun disiksa dan nyawa yang terancam merupakan simbol perjuangan melawan ketidakadilan yang dialami oleh rakyat saat itu. Dalam berbagai kejadian diilustrasikan bahwa rakyat yang rela berkorban untuk membantu dan melindungi mahasiswa dari ancaman aparat yang menjadi mata dan telinga akhirnya beberapa mahasiswa dihilangkan dan tidak jelas keberadaannya. Mereka yang dihilangkan tetap hidup selamanya dalam diri keluarga,saudara,kekasih dan sahabat. Mereka yang dihilangkan dengan ketidaksatian menghadirkan penyangkalan dalam diri orang-orang tersayang. Seperti dalam keluarga Biru Laut yang selalu mengadakan ritual makan bersama setiap minggu dengan tetap menyertakan satu piring kosong untuk Laut sebagai harapan kembalinya sosok Sulung dalam keluarga. Cerita yang dihadirkan menjadi pengingat perjuangan tentang kebenaran dan melawan ketidakadilan yang terus tumbuh dan bertambah dalam diri manusia manusia lain, baik yang memiliki hubungan dengan mereka yang dihilangkan ataupun masyarakat umum lainnya. Perjuangan mereka diteruskan dengan perjuangan baru oleh orang-orang yang terus mencari kebenaran tentang nasib abang,anak,kekasih,sahabat dan anggota keluarga menjadi sangat berisi karena mengenalkan berbagai karya sastra lain baik dari dalam negeri maupun luar negeri, seperti karya sastra Amerika Latin dan juga selain itu dalam novel ini terdapat pengetahuan akan berbagai aksi dalam sejarah perjuangan aksi mahasiswa dan rakyat indonesia, mulai dari aksi Blangguan, Bungurasih dan sampai saat ini yang masih di jumpai adalah Aksi Kamisan. Seperti dalam karya Leila S. Chudori yaitu Novel Pulang, tokoh utama adalah tokoh yang memiliki ketertarikan dan keahlian pada hal masakan dan kisah perwayangan mahabarata dan ramayana selalu menjadi bagian menarik dalam membangun karakter tokoh-tokoh yang Buku"Kita harus belajar kecewa bahwa org yg kita percaya ternyata memegang pisau dan menusuk punggung kita". 30"Setiap langkahmu, langkah kita, apakah terlihat atau tidak, apakah terasa atau tidak, adalah sebuah kontribusi, Laut". 183"....jangan takut kepada gelap. Gelap adalah bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Pada setiap gelap ada terang meski hanya secercah, meski hanya di ujung lorong". 225."Ketidaktahuan dan ketidakpastian kadang-kadang jauh lebih membunuh daripada pembunuhan". 256."Jika jawaban yang kalian cari tak kunjung datang, jangan menganggap bahwa hidup adalah serangkaian kekalahan". 366 1 2 Lihat Hobby Selengkapnya
- Գጎд եցօዪ
- Εγխшጳкрጳч щюπявուκу ωтеցևλюη
- Иሂ ትпαկ
- Ογዚщኟ ዳλοнօና ጤբጩ
- Уρυч о շቫζኧтωτ
- Խ ሌ огոтоሾ
AsalUsul Lintah Cerita Rakyat Dari Nusa Tenggara Barat. Sunday, February 24, 2013 Unknown 4 comments. Alkisah, hiduplah sebuah keluarga dengan seorang anak lelakinya bernama I Karma. Setiap fajar menyingsing, Pan Karma (ayah I Karma) dan I Karma selalu pergi ke ladang mereka yang letaknya di tepi sebuah hutan.
Cerita rakyat daerah Riau yang Kakak posting pada malam minggu ini bercerita tentang buruknya akibat sifat serakah. Cerita rakyat Riau ini sekalugus menceritakan asal muasal dari terbentuknya Pulau Senua. Wawasan adik-adik akan bertambah dengan membaca cerita rakyat kepulauan Riau yang kakak terbitkan malam hari ini. Selamat membaca. Cerita Rakyat Daerah Riau Asal Mula Pulau Senua Di kepulauan Natuna, ada sepasang suami istri, yaitu Baitusen dan Mai Lamah. Suatu hari, mereka merantau ke Pulau Bunguran agar bisa hidup lebih balk. Di Pulau Bunguran, mereka hidup bahagia. Para tetangga pun menyukai mereka. Mak Semah, seorang bidan kampung pun selalu bersedia menolong mereka jika salah satu di antara mereka ada yang sakit. Suatu hari, Baitusen menemukan sarang teripang, binatang laut yang mahal harganya jika dikeringkan dan dijual. Baitusen dan istrinya pun menjadi saudagar teripang yang kaya raya. Kehidupan yang mewah mengubah sifat Mai Lamah. la menjadi sombong dan pelit. Perempuan itu pun tidak mau lagi bergaul dengan para tetangganya yang miskin. Suatu hari, Mak Semah datang untuk meminjam beras. Mai Lamah membentaknya dan mengungkit tentang utang-utang perempuan itu. Mak Semah sangat sedih mendengar ucapan Mai Lamah. Sejak itu, para tetangga menjauhi Mai Lamah. Suatu waktu, tibalah saatnya Mai Lamah melahirkan. Mereka sudah memesan bidan dari pulau seberang, tetapi ia tak kunjung datang. Akhirnya, Baitusen mencoba meminta bantuan kepada Mak Semah dan tetangga lainnya. Namun, tak seorang pun mau menolong karena mereka pernah disakiti oleh Mai Lamah. Baitusen membawa istrinya ke pulau seberang untuk menemui bidan. Mereka menggunakan perahu. Mai Lamah meminta suaminya untuk membawa semua peti perhiasan dalam perahu mereka. Baitusen menuruti kemauan istrinya. Mereka membawa peti perhiasan, lalu menjalankan perahu itu. Ternyata, semakin ke tengah, gelombang laut semakin besar. Air masuk ke dalam perahu. Semakin lama muatan perahu semakin berat. Perahu tenggelam bersama seluruh perhiasan yang mereka bawa. Baitusen dan istrinya berusaha menyelamatkan diri. Mai Lamah berpegangan pada ikat pinggang suaminya. Mereka berusaha berenang ke tepian di tengah gelombang laut yang ganas. Tubuh Mai Lamah timbul dan tenggelam. Badannya berat, karena sedang mengandung dan ditambah banyaknya perhiasan yang ia pakai. Akhirnya, mereka sampai ke Pulau Bunguran Timur. Saat Mai Lamah yang sombong dan kikir menginjakkan kaki di pulau itu, tiba-tiba guntur menggelegar. Tampaknya, tanah Bunguran tidak mau menerima kedatangan perempuan itu. Tiba-tiba, tubuh Mai Lamah yang dalam keadaan mengandung berubah menjadi sebongkah batu besar. Lama kelamaan, batu tersebut berubah menjadi sebuah pulau. Masyarakat sekitar menamai pulau tersebut dengan Pulau Senua. Menurut bahasa masyarakat setempat “senua” adalah berbadan dua atau mengandung. Emas dan perak yang melilit tubuh Mai Lamah berubah menjadi burung walet. Pulau ini terletak di ujung Tanjung Senubing, Bunguran Timur. Sampai kini, Pulau Bunguran terkenal dengan sarang burung waletnya. Pesan moral dari Cerita Rakyat Daerah Riau Asal Mula Pulau Senua adalah Sifat kikir dan tamak akan mebawa celaka pada diri kita sendiri. Karena itu, kita harus saling tolong-menolong antar sesama. Baca cerita rakyat dari Riau lainnya pada artikel kami berikut ini Kumpulan Cerita Rakyat Daerah Riau dan Cerita Rakyat Riau Legenda Dayang Kumunah Daftar pustaka Navigasi pos
Nahdi sini, kamu bisa menemukan salah satu cerita rakyat dari Provinsi Nusa Tenggara Barat yang berjudul Batu Golog. Tak hanya menghibur, kisah mengenai orang tua yang kurang bijak dan tidak mau mendengarkan anak ini juga memiliki pesan yang bagus untuk dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Artikel legenda dan sejarah nusa penida kali ini kami suguhkan untuk sobat travela yang penasaran akan kisah sejarah dan cerita rakyat legenda Nusa penida Bali. Namun sudah tahukah Anda wisata 3 Nusa di Bali yang terdiri atas Nusa Penida, Nusa Ceningan dan Nusa Lembongan? Ya, ketiga nusa itu dipisahkan oleh Selat Badung dengan pulau besar Bali, atau biasa disebut mother of island. Selain keindahan alamnya, Nusa Penida juga menarik dengan sejarahnya. Demikian pula dengan riwayat 2 nusa lainnya. Legenda Dan Sejarah Nusa PenidaLegenda Rakyat Nusa PenidaDukuh JempunganManusa PanditaSejarah Nusa PenidaDinasti GelgelKesepakatan Dalem Watu RenggongKyai Jelantik Untuk sejarah Nusa Penida sendiri, pastinya sangat menarik bagi para wisatawan yang berkunjung. Sebab, disini pun masih terdapat adanya ritual khusus di pura yang ada di pulau Nusa Penida. Nusa Penida sendiri merupakan daerah yang sudah masuk Kabupaten Klungkung Bali. Diantara ketiga pulau yang sudah disebut di atas, maka Nusa Penida adalah kawasan yang memiliki area paling luas. Cukup banyak tempat rekreasi serta obyek wisata disini sehingga para pengunjung dapat menikmati bermacam wisata bahari yang pastinya indah. Sebelum kita bahas lebih banyak mengenai sejarah Nusa Penida, maka ada baiknya bila kita bahas terlebih dahulu tentang letak geografisnya. Nah untuk anda yang ingin berkunjung ke nusa penida maka anda pun bisa melalui empat pelabuhan utama seperti; Pantai Sanur-Denpasar, Benoa, Pelabuhan Padangbai dan Kusamba-Klungkung. Atau juga bisa baca di artikel kami lainnya “Tips Bagaimana Cara Ke Nusa Penida“. Mengenai Transportasi laut diatas, tentu anda tak perlu lagi khawatir sebab keempat pelabuhan tersebut sudah menyediakan fast boat dengan fasilitas terbaik hingga anda selamat sampai tujuan pulau nusa. Fast boat bisa disewa dengan tiket sebagai sarana transportasi umum hingga private. Setelah membahas kondisi geografis dan jalan menuju ke lokasi diatas, maka kini waktunya kita fokus membahas legenda dan sejarah Nusa Penida Kita mulai dari legenda kisah rakyat nusa penida Legenda Rakyat Nusa Penida Alkhisah pada tahun Saka 50, Ida Bhatara Siwa bersama sakti Dewi Uma istri beliau tedun turun ke bumi beserta para pengikut Beliau seperti Tri Purusa, Catur Lokha Pala dan Asta Gangga. Turun disebuah Gunung yang sekarang Gunung tersebut bernama Gunung Mundhi. Di Gunung Mundhi inilah Ida Bhatara Siwa dan Sakti Ida Dewi Uma menjelma dari Meraga be-Raga Dewata menjadi manusia. Bhatara Siwa & Dewi Parwati Selain turun di puncak Gunung Mundhi, Ida Bhatara Siwa juga turun di sebuah tempat pada tahun Saka 55, yang sekarang bernama Tunjuk Pusuh. Namun Dewi Kwan Im lebih dahulu turun pada tahun Saka 45 beristana di sebuah goa. Lalu Dewi Parwati menyusul turun ke bumi pada tahun Saka 60. Sekarang tempat tersebut bernama Goa Giri Putri yang menjadi Pusering Jagat sedangkan Dewi Parwati yang bergelar Bhatari Hyang Giri Putri sebagai penjaga tirta yang ada di dalam Goa Giri Putri. Selain beristana di Pura Goa Giri Putri dan Pura Tunjuk Pusuh mereka juga yang beristana di pura Batu Medau. Baca juga Upacara Adat Yang Jangan Terlewati Saat Berada Di Bali! Dukuh Jempungan Ida Bhatara Siwa menjelma menjadi seorang laki-laki, menjadi seorang Pandita pendeta yang bergelar Dukuh Jumpungan. Dari penjelmaan inilah daratan gunung mundi menjadi cikal bakal nama Nusa Penida. Ida-Bhatara-Siwa Nama sebenarnya Nusa Penida adalah Manusa Pandita, manusa adalah seorang/manusia yang bernama Jumpungan, dan Dukuh adalah Seorang Pandita/pendeta. ** Kata dukuh dalam Kamus Jawa Kuno oleh Zoetmulder 1994233 berarti pertapaan di hutan, bertempat tinggal di hutan dan dalam Kamus Bahasa Bali Simpen, 198559 kata dukuh artinya wang mdwijati, adan soroh dukuh. Manusa Pandita Dari kata “Manusa Pandita” inilah lama-kelamaan berubah menjadi Nusa Penida. Sedangkan sakti dari Ida Bhatara Siwa yaitu Dewi Uma menjelma menjadi seorang perempuan yang bernama Ni Puri yang merupakan istri Dukuh Jumpungan. Turunnya Ida Bhatara Siwa dan Istrinya ke bumi dari Siwa Lokha selain itu juga membawa pengikut sebanyak 150 meraga manusia. Turunnya Ida Bhatara Siwa dan Saktinya ke bumi, beserta pengikutnya tersebut-lah awal baru adanya manusia pertama di Nusa Penida. Membangun desa dan pesraman Dukuh Jumpungan beserta pengikutnya mulai membangun tempat tinggal yang disebut Padukuhan didaerah sekitar Gunung Mundhi yang rata sekarang lokasi tersebut bernama Desa Rata. Sedangkan puncak Gunung Mundhi dibangun sebuah pesraman yang dikelilingi tetamanan yang berasal dari sumber air yang jumlahnya 8 disebut Asta Gangga yang berasal dari Siwa Lokha, yang ikut turun bersama Ida Bhatara Siwa. Membangun sebuah perahu Karena pulau Nusa Penida ini dikelilingi dengan lautan yang sangat luas maka Ida Dukuh Jumpungan berpikir untuk membuat sebuah perahu. Pada tahun Saka 60, Ida Dukuh Jumpungan ber-semedhi di pesraman puncak Gunung Mundhi. Dari kekuatan adnyana-nya lah muncul sebuah perahu yang sangat indah dan besar sekali. Setelah perahu sudah selesai maka perahu tersebut diturunkan dari daerah puncak Mundhi menuju ke arah Utara dan sampai ke laut, tepat di pesisir daerah Bodong yang sekarang disebut Tukat Bodong, dan perahu tersebut digunakan berlayar menikmati indahnya lautan bersama istri beliau. Melahirkan seorang anak laki Dan kemudian pada tahun Saka 90, Ni Puri melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama I Merja. I Merja tidak begitu senang berlayar. Dia lebih senang bersemedhi melakukan tapa brata yoga semedhi di Batu Beya memohon keselamatan dunia dan seisi alam semesta. Pada jaman ini bumi Nusa Penida menjadi makmur, aman sentosa, gemah ripah loh jinawi, berkat kepemimpinan Dukuh Jumpungan. Setelah Dukuh Jumpungan berumur 95. Ia melakukan yoga semedhi di puncak gunung dan sekarang berdiri pura Puncak Gunung Mundhi sebagai stana Ida Dukuh Jumpungan. Dan istri Ida Dukuh Jumpungan yaitu Ni Puri, juga,melakukan yoga semedhi di sebuah tempat pada saat berumur 230 dan moksa pada tahun Saka 280. Sekarang ditempat semedhi nya berdiri pura Batu Melawang sebagai istana Ida Ni Puri. Goa Betel Ni Puri Dikisahkan pula bahwa Ni Puri juga pernah melakukan yoga semedhi dan dengan kekuatan adnyana Ida sehingga mampu membuat Goa Betel dari arah Barat pulau Nusa Cenik hingga tembus ke arah Timur pulau Nusa Cenik. ** Nusa cenik nama lain nusa ceningan Dengan melobangi mulai dari arah Barat maka di Barat pulau Nusa Cenik disebut Batu Melawang. Sedangkan di Timur pulau Nusa Cenik karena tembusan Goa Betel itu kelihatan ninggias dari pulau Nusa Gede maka dari arah timur pulau Nusa Cenik tepatnya di sekitar goa disebut Batu Banglas. Goa Betel merupakan istana payogan Ida Batara Ciwa dan Dewi Uma. Selain tempat itu sebagai istana/payogan juga sebagai tempat penyimpanan barang-barang pusaka milik I Renggan. Merja dan Nu Luna Diceritakan setelah I Merja dewasa menikah dengan Ni Luna. Yang mana Ni Luna berasal dari Indra Loka, yang turun ke bumi bersama saudarinya Dewi Rohini pada tahun Saka 97. Tempat turunnya Ni Luna dengan saudarinya itu sekarang disebut daerah Sukun. Selain bersama saudarinya mereka juga membawa pengikut sebanyak 125 orang, pengikutnya ini semua meraga Denawa Ksatria indra loka, sedangkan Ni Luna dengan saudaranya dari Dewata menjelma menjadi manusia. Dewi Rohini di ambil oleh Empu Agni Jaya dijadikan istri yang tinggal di Jungut Batu. Di kisahkan pula bahwa Empu Agni Jaya mempunyai 2 orang putra angkat yang bernama Hyang Naon dan I Rundan yang sekarang mejadi istana Pura Sakenan Jungut Batu. Melahirkan I Renggan I Merja pada waktu berumur 160 melakukan yoga semedhi di Batu Beya dan moksa pada tahun Saka 250. Sedangkan istri I Merja yaitu Ni Luna melakukan yoga semedhi di daerah Batu Banglas pada saat berumur 153 dan moksa pada tahun Saka 250. Sekarang berdiri sebuah pura sebagai istana Ida Ni Luna yaitu Pura Batu Banglas. Dari perkawinan mereka I Merja & Ni Luna lahirlah I Renggan pada tahun Saka 150. I Renggan menikah dengan I Merahim yang lahir tahun Saka 160. Pages 1 2 3 4
KarerID - Loker Hari Ini: Lowongan Kerja Cer 2018 Cerita Bergambar 2018 Agustus 2022 - Update Lowongan Kerja Cer 2018 Cerita Bergambar 2018 Agustus 2022 Terbaru tahun 2022, Lowongan Kerja Cer 2018 Cerita Bergambar 2018 Agustus 2022 Adalah salah satu Perusahaan multi nasional yang bergerak di Bidang Lowongan Kerja Cer 2018 Cerita Bergambar 2018 Agustus 2022 mungkin
Pulau Nusa merupakan pulau unik yang ada di Sungai Kahayan dari Pulau Kalimantan. Apakah kamu familier dengan kisahnya? Kalau belum, mari simak legenda Pulau Nusa dari Kalimantan Tengan dalam artikel ini!Legenda Pulau Nusa dari Kalimantan Tengah barangkali belum banyak diketahui oleh orang-orang. Padahal, kisah tersebut sebenarnya juga mengandung pesan bijak yang bisa dijadikan sebagai pembelajaran kepada artikel ini, terdapat uraian lengkap mengenai dongeng terbentuknya pulau yang berada di Sungai Kahayan tersebut. Selain itu, ada juga ulasan unsur-unsur intrinsik dan fakta menarik yang bisa menambah menambah dengan legenda Pulau Nusa dari Kalimantan Tengah secara lebih lengkap? Langsung saja simak uraiannya dalam penjelasan berikut, yuk! Semoga saja setelah membaca ceritanya, ada pesan moral yang bisa kamu ambil. Sumber YouTube – Dongeng Kita Pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang laki-laki bernama Nusa. Ia tinggal di rumah panggung di pinggir aliran Sungai Kahayan di Kalimantan Tengah bersama dengan istri dan seorang adik ipar laki-laki. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Nusa dan adik iparnya menanam beragam tanaman di kebun yang letaknya tidak jauh dari rumah mereka. Tanah yang subur dan sumber air yang melimpah menghasilkan hasil panen yang memuaskan. Sayangnya, kehidupan serba berkecukupan keluarga Nusa tidak bertahan lama. Musim kemarau yang datang membuat air Sungai Kahayan lama-kelamaan surut. Kekeringan itu membuat tanaman-tanaman di kebun mati karena kekurangan air. Supaya tetap bisa makan, Nusa dan adik iparnya kemudian pergi memancing ke sepanjang aliran Sungai Kahayan. Namun, ketika menyusuri sungai, perahu mereka terhalang oleh pohon besar yang jatuh ke tengah-tengah aliran air sungai. Nusa dan adik iparnya kemudian menepi dan berusaha menebang pohon besar itu agar bisa disingkirkan ke pinggir sungai. Sayangnya, pohon besar itu membutuhkan waktu yang lama untuk ditebang sehingga Nusa kemudian memutuskan untuk membagi tugas dengan adiknya. “Dik, kamu yang lanjutkan untuk menebang pohon ini, sedangkan aku akan mencari bahan makanan yang bisa kita makan,” ujar Nusa. “Baiklah, kak. Hati-hati. Aku akan berusaha untuk menebang pohon ini sebelum menyusulmu.” jawab adik ipar Nusa. Nusa lalu berjalan ke arah hutan di pinggir sungai itu dan mulai mencari-cari hewan atau buah yang bisa ia bawa pulang. Ketika berkeliling, ia kemudian melihat sebuah telur putih besar di antara tumpukan batu-batu. Telur Putih yang Membawa Bencana Tanpa berpikir panjang, Nusa membawa telur besar itu ke tempat ia dan adik iparnya menepikan perahu mereka. Ia pun dengan penuh semangat memberitahu benda yang ditemukannya itu kepada sang adik ipar. “Dik, lihatlah apa yang aku bawa! Dengan telur ini, kita tidak perlu bersusah-susah untuk memancing atau mencari bahan makanan untuk hari ini. Ayo pulang, Dik,” terang Nusa Adik ipar Nusa yang sudah kelelahan berusaha menebang pohon besar itu menyambut ajakan pulang kakak iparnya dengan bahagia. Mereka pun kemudian memutar balik perahu mereka untuk pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, diceritakan dalam legenda Pulau Nusa dari Kalimantan Tengah bahwa Nusa segera menjumpai istri tercintanya untuk memasak telur yang ia bawa. Ia dengan penuh semangat pergi ke dapur di mana istrinya berada. “Istriku, telur besar ini cukup untuk menjadi lauk makan hari ini. Cepatlah rebus telurnya, aku sudah lapar,” pinta Nusa. “Abang, tapi kita tidak tahu itu telur apa. Aku tidak masalah kalau hari ini kita tidak makan yang penting kita tidak memakan telur itu,” jawab istri Nusa. “Aku sudah lapar. Kalau kalian memang tidak ingin memakan telurnya, ya sudah biar aku saja yang menghabiskannya!” sentak laki-laki itu. Nusa lalu meletakkan telur itu ke dalam periuk paling besar yang ada di dapur rumahnya. Ia pun merebus telur itu dengan air mendidih dan memakannya hingga habis. Istri dan adik iparnya hanya bisa memandang Nusa dengan tatapan khawatir. Perubahan dari Manusia Menjadi Naga Keesokan paginya, kejadian aneh terjadi di rumah Nusa. Tubuh laki-laki itu tiba-tiba gatal luar biasa dan pada kulitnya muncul bercak-bercak merah. Nusa kemudian meminta istri dan adik iparnya untuk membantu menggaruk tubuhnya. Bukannya cepat mereda, rasa gatal yang dirasakan oleh Nusa justru semakin menjadi-jadi. Selain itu, muncul sisik-sisik sebesar uang logam dari bercak-bercak merah yang ada di kulitnya. Melihat kondisi kakak iparnya yang semakin parah, adik ipar Nusa kemudian pergi mencari pertolongan. “Maafkan aku telah mengabaikan saranmu, Dik. Seharusnya abang tidak keras kepala dan menuruti permintaanmu untuk tidak memakan telur itu,” ujar Nusa. “Bang, nasi sudah menjadi bubur. Semoga saja penyakit abang ini bisa disembuhkan,” ujar istrinya. Tak lama kemudian, datanglah adik ipar Nusa bersama dengan para tetangga desanya. Rombongan warga itu terkejut melihat keadaan Nusa yang telah berubah menjadi manusia bersisik dari dada hingga ke ujung kaki. Adik ipar Nusan dan rombongan warga itu kemudian berunding untuk mencari solusi. Namun, percakapan mereka terhenti dengan teriakan dari Nusa yang tiba-tiba bertindak seperti orang gila. “Panas, tubuhku panas. Cepat bawa aku ke sungai. Tubuhku rasanya seperti dibakar, cepat ceburkan aku ke sungai!” teriak Nusa. Adik ipar Nusa dan rombongan warga itu kemudian membawa tubuh Nusa ke aliran Sungai Kahayan yang belum mengering. Setelah tercebur ke dalam aliran sungai, tubuh Nusa lama-lama semakin membesar dan berubah bentuk menjadi naga. Baca juga Legenda La Moelu dari Sulawesi Tenggara Beserta Ulasannya, Kisah Seorang Anak Yatim dan Ikan Ajaib Kehidupan Baru Menjadi Naga Nusa Sumber YouTube – Dongeng Kita Naga Nusa lalu meninggalkan pesan kepada adik ipar, istri, dan para warga yang telah membantunya untuk meninggalkannya di sungai. Ia merasakan bahwa akan terjadi badai besar yang nantinya membuat air sungai meluap. “Segera tinggalkan tempat ini. Ini sudah takdir yang harus aku terima dan kita haru berpisah. Maafkan aku,” ujar Nusa. Istri Nusa yang mendengar permintaan suaminya hanya bisa menangis tersedu-sedu. Wanita ini tidak bisa berbuat apa-apa dan akhirnya mengucapkan selamat tinggal kepada suaminya. Ia lalu pergi bersama adik ipar dan para warga untuk mencari tempat berlindung. Apa yang dikatakan oleh Naga Nusa benar-benar terjadi. Malam itu, hujan turun dengan deras diserta suara petir yang bergemuruh. Air sungai yang meluap membawa tubuh Naga Nusa hanyut hingga ke muara Sungai Kahayan. Dikisahkan dalam legenda Pulau Nusa dari Kalimantan Tengah bahwa Naga Nusa berdiam diri dan mulai memikirkan bagaimana caranya agar ia bisa hidup di muara itu. Beruntungnya, muara sungai itu ternyata menjadi tempat tinggal hidup kawanan ikan dari beragam jenis. Naga Nusa kemudian menjadikan ikan-ikan itu sebagai sumber makanannya. Para kawanan ikan yang mulanya hidup dengan damai, akhirnya berubah hidup dalam ketakutan setelah kedatangan Naga Nusa. Dari sekian kawanan ikan itu, terdapat ikan jelawat dan ikan saluang. Dua ikan ini berunding untuk mencari solusi agar ikan-ikan di muara Sungai Kahayan bisa kembali hidup aman dan tenang. “Bagaimana kita bisa mengusir Naga Nusa dari sini? Kita tidak akan bisa mengalahkan naga besar itu,” ujar ikan jelawat. “Kamu jangan pesimis dahulu. Aku ada ide yang mungkin bisa kita gunakan untuk mengusir naga besar itu,” jawab ikan saluang. Ikan saluang pun menjelaskan idenya kepada ikan jelawat. Setelah mendengarkan penjelasan ikan saluang, ikan jelawat menyanggupi tugas yang mesti ia lakukan. Rencana Ikan Saluang dan Ikan Jelawat Keesokan harinya, ikan saluang pergi menemui Naga Nusa dengan penuh keberanian. Ia sudah menyiapkan pembicaraan yang bisa digunakan untuk mengelabui Naga Nusa. Sesampainya di tempat Naga Nusa beristirahat, ikan saluang segera menghampiri naga itu. “Tuan Naga, kemarin aku berjumpa dengan naga yang ukuran badannya sebesar dirimu. Ia menyuruhku untuk menyampaikan pesan kepadamu bahwa ia ingin menantangmu untuk berkelahi,” ujar ikan saluang dengan pura-pura ketakutan. “Apa kamu bilang? Ada naga lain yang berani menantangku?” tanya Naga Nusa dengan nada geram. “Ada Tuan Naga. Ia bahkan mengatakan akan menjadi penguasa baru di muara Sungai Kahayan setelah menggantikanmu,” jelas ikan saluang. “Baiklah. Aku terima tantangan naga itu. Sampaikan padanya untuk menemuiku besok di sini,” perintah Naga Nusa. “Baik, Tuan Naga,” jawab ikan saluang. Ikan saluang segera menjumpai ikan jelawat tentang perkembangan rencana mereka. Kawanan itu kemudian mengumpulkan ikan-ikan lainnya untuk mengeksekusi lanjutan dari rencana mereka. Keesokan harinya, Naga Nusa menunggu lawannya yang ingin bertarung dengannya. Dengan tubuh besarnya, ia mondar-mandir di sepanjang aliran muara Sungai Kahayan. Namun, pagi berubah menjadi siang tapi naga yang ingin menantang Naga Nusa tak kunjung datang. Ikan saluang yang memberitahunya soal tantangan itu juga tidak datang. Naga Nusa pun tertidur karena kelelahan. Terbentuknya Pulau Nusa Ternyata, ikan saluang yang sedari tadi ditunggu kedatangannya oleh Naga Nusa bersembunyi di dekat naga itu. Ikan itu lalu berenang mendekati ekor Naga Nusa. “Tuan Naga! Bangunlah! Lawanmu sudah datang!” teriak ikan saluang dengan tiba-tiba. Naga Nusa yang masih dalam keadaan tidur tentu saja terkejut dan memutar kepalanya ke arah ekornya. Tanpa berpikir panjang, ia menginggit ekornya sendiri yang ia kira sebagai lawannya. Saking kuatnya gigitan Naga Nusa, ekornya pun terputus. Rasa sakit yang tak terkira menjalar ke seluruh tubuhnya. Ketika naga besar itu tengah melolong kesakitan, ikan saluang segera memanggil teman-temannya untuk menggerogoti ekor Naga Nusa yang telah terluka. Gigitan dari kawanan ikan itu semakin membuat Naga Nusa kesakitan. Ia berusahan dengan sekuat tenaga untuk berenang menjauh dari kawanan ikan itu. Namun, kawanan ikan itu tidak mau menyerah dan terus mengejar dan menggigiti ekor sang naga. Naga Nusa yang telah kehilangan banyak darah tidak bisa berbuat apa-apa selain berenang tanpa henti. Namun, naga besar itu akhirnya menghembuskan napas terakhirnya karena kelelahan dan sudah kehabisan energi. Kawanan ikan-ikan itu merayakan kemenangan mereka dan kembali hidup dengan damai. Sementara itu, mayat Naga Nusa lama-kelamaan digerogoti oleh ikan-ikan di sungai dan tersisa kerangkanya saja. Kerangka naga besar itu lalu ditumbuhi oleh beragam tumbuhan dan menjadi gundukan tanah yang lama-lama menjadi sebuah pulau. Oleh masyarakat setempat, pulau itu dikenal sebagai Pulau Nusa. Begitulah legenda Pulau Nusa dari Kalimantan Tengah. Baca juga Kisah Patani Darussalam dan Ulasan Lengkapnya, Cerita Seorang Raja yang Suka Berburu Binatang Unsur Intrinsik Asal Mula Pulau Nusa Sumber Wikimedia Commons – Peta Sungai Kahayan Setelah menyimak uraian lengkap tentang cerita rakyat terbentuknya Pulau Nusa, rasanya belum lengkap kalau kamu tidak sekalian mengetahui beragam unsur intrinsik dalam legendanya. Simak informasinya dalam penjelasan berikut 1. Tema Tema atau inti cerita dalam legenda Pulau Nusa dari Kalimantan Tengah adalah tentang kecerobohan. Tokoh utama berubah menjadi naga setelah mengabaikan peringatan istrinya. Setelah itu, ia mati karena tindakannya sendiri. 2. Tokoh dan Perwatakan Beberapa tokoh yang mempunyai peran dalam pengembangan kisah dari Kalimantan Timur di atas adalah Nusa, istri, adik ipar, para warga, ikan saluang, dan ikan jelawat. Baik dalam versi manusia ataupun naga, Nusa memiliki karakter yang keras kepala, ceroboh, dan sombong. Sementara itu, istri Nusa merupakan seorang wanita yang peduli dan cinta dengan suaminya. Adik ipar Nusa juga merupakan seorang laki-laki yang bisa diandalkan, pekerja keras, dan bertanggung jawab. Para warga yang dimintai tolong oleh adik ipar Nusa tidak serta merta langsung menghakimi Nusa. Mereka ikut membantu mencari solusi dan menghormati keputusan Nusa untuk ditinggalkan di sungai. Dalam cerita rakyat Pulau Nusa dari Kalimantan Tengah, ada ikan saluang yang memiliki watak cerdas dan bijaksana. Sedangkan untuk ikan jelawat sendiri merupakan tokoh hewan yang bisa diajak bekerja sama dan dapat dipercaya. 3. Latar Tempat atau latar di mana kisah naga di atas terjadi berada di dapur, rumah Nusa, dan aliran sungai Kahayan. Untuk di kawasan sungai sendiri, area muara menjadi latar di mana Naga Nusa menghabiskan sisa hidupnya. 4. Alur Jalan cerita atau alur dari cerita rakyat asal Kalimantan Tengah singkat di atas adalah alur maju atau progresif. Kisah dimulai dengan pengenalan karakter Nusa, istri, dan adik iparnya. Konflik mulai terjadi ketika Nusa mengabaikan permintaan istrinya yang membuatnya berubah menjadi naga. Setelah hidup menjadi naga di muara Sungai Kahayan, Naga Nusa ternyata menjadi pemangsa yang ditakut-takuti oleh ikan-ikan. Pada akhirnya, hewan besar itu menemui ajal karena kecerobohannya sendiri. 5. Pesan Moral Amanat atau pesan moral yang dapat diambil dari asal mula Pulau Nusa adalah untuk bersikap hati-hati dan bisa bersikap bijak ketika dihadapkan pada suatu permasalahan. Jika saja Nusa tidak keras kepala dan menuruti permintaan istrinya, barangkali ia bisa menghabiskan sisa hidupnya dengan keluarga tercinta. Sementara itu, ikan saluang dan ikan jelawat memberikan pelajaran bahwa kerja sama diperlukan untuk bisa mewujudkan tujuan bersama. Dengan kecerdikan dan gotong royong, mereka bisa mengalahkan naga yang tubuhnya lebih besar dari tubuh mereka. Selain unsur intrinsik, ada juga unsur ektrinsik yang bisa kamu jumpai dari kisah asal Kalimantan Tengah di atas. Sebut saja nilai-nilai yang berlaku di masyarakat setempat, seperti nilai sosial, budaya, dan moral. Baca juga Kisah tentang Si Kelingking Asal Jambi dan Ulasan Lengkapnya, Pelajaran untuk Tidak Meremehkan Penampilan Fisik Seseorang Fakta Menarik Sumber Wikimedia Commons – Sungai Kahayan Jika sebelumnya menyimak tentang legenda Pulau Nusa dari Kalimantan Tengah beserta unsur-unsur intrinsiknya, kali ini kamu perlu mengetahui apa saja fakta menarik dari kisah tersebut. Yuk, simak informasinya dalam uraian berikut 1. Sungai Kahayan Sungai Kahayan yang menjadi latar dari asal mula Pulau Nusa memiliki panjang kurang lebih 600 km dengan kedalaman air kira-kira 7 m. Sering juga disebut dengan Sungai Dayak Besar, sungai ini merupakan salah satu sungai panjang di Pulau Kalimantan. Masyarakat memanfaatkan keberadaan Sungai Kahayan sebagai jalur transportasi. Selain itu, sungai yang membelah kota Palangka Raya ini juga digunakan sebagai tempat wisata susur sungai karena menyajikan pemandangan alam yang asri. Selain itu, deretan rumah suku Dayak yang berada di pinggiran sungai juga menjadi pemandangan unik tersendiri. 2. Diangkat Menjadi Video Animasi Singkat Cerita rakyat Pulau Nusa merupakan salah satu legenda yang diangkat menjadi video animasi singkat. Animasi itu bisa menjadi cara alternatif untuk anak-anak yang lebih suka belajar melalui media visual. Apabila kamu mencari video animasi yang tidak hanya menghibur tapi juga berisi pembelajaran yang berharga, animasi asal mula Pulau Nusa bisa menjadi jawabannya. Kamu bisa menemukannya dengan mudah di platform YouTube. Baca juga Legenda Putri Gading Cempaka dari Bengkulu, Pesan tentang Menuruti Nasihat Orang Tua Legenda Pulau Nusa dari Kalimantan Tengah sebagai Dongeng Pengantar Tidur Begitulah kira-kira uraian mengenai kisah asal mula terbentuknya Pulau Nusa yang berasal dari Kalimantan Tengah. Semoga saja informasi dan penjelasan di atas bisa menjawab rasa penasaranmu tentang pulau yang berada di Sungai Kahayan tersebut. Selain legenda ini, masih banyak cerita rakyat lainnya yang bisa kamu jumpai di PosKata. Beberapa di antaranya adalah cerita rakyat Sangkuriang, kisah Reog Ponorogo, dan asal usul Danau Dendam Tak Sudah. Selamat membaca! PenulisAulia DianPenulis yang suka membahas makeup dan entertainment. Lulusan Sastra Inggris dari Universitas Brawijaya ini sedang berusaha mewujudkan mimpi untuk bisa menguasai lebih dari tiga bahasa. EditorKhonita FitriSeorang penulis dan editor lulusan Universitas Diponegoro jurusan Bahasa Inggris. Passion terbesarnya adalah mempelajari berbagai bahasa asing. Selain bahasa, ambivert yang memiliki prinsip hidup "When there is a will, there's a way" untuk menikmati "hidangan" yang disuguhkan kehidupan ini juga menyukai musik instrumental, buku, genre thriller, dan misteri.
SedangPulau kecil di tengah-tengahnya diberi nama Pulau Samosir. ada begitu banyak cerita rakyat nusantara yang sangat populer di Indonesia, dan anda juga bisa mempelajarinya di website ini. CERITA RAKYAT MALIN KUNDANG
Baitusen dan Mai Lamah merupakan cerita rakyat riau yang sering dihubungkan dengan Legenda Pulau Sanua yang berada di Kepualauan Riau. Cerita rakyat daerah Riau ini merupakan cerita ketiga yang berasal dari daerah Riau yang kami posting di blog . Ceritanya sangat menarik untuk disimak. Selamat membaca. Cerita Rakyat dari Daerah Kepulauan Riau Baitusen dan Mai Lamah Cerita Rakyat dari Daerah Kepulauan Riau “Istriku, kita tak bisa terus tinggal di sini. Kita harus berani merantau jika ingin mengubah nasib,” kata Baitusen pada Mai Lamah. Baitusen dan Mai Lamah adalah sepasang suami-istri miskin yang tinggal di Natuna, Kepulauan Riau. Karena bosan hidup miskin, Baitusen ingin merantau, “Selagi muda, kita harus giat mencari uang,” katanya. Pilihan mereka jatuh ke Pulau Bunguran yang terkenal dengan kekayaan Iautnya. Mereka berharap bisa mengumpulkan kerang dan ikan untuk dijual. Sesampainya di Pulau Bunguran, Baitusen bekerja sebagai nelayan. Ia bekerja keras menangkap kerang, siput laut, dan ikan. Sedangkan Mai Lamah tiap hari mengusuri pantai untuk mengumpulkan kulit kerang dan siput, lalu dirangkai menjadi kalung dan gelang. Baitusen dan Mai Lamah senang tinggal di Pulau Bunguran. Penduduknya ramah. Kadang Mai Lamah bersama para ibu berkumpul dan mengobrol sambil membuat kalung dari kulit kerang. Hari berganti hari, kehidupan Baitusen dan Mai Lamah semakin membaik. Suatu hari, ketika sedang melaut, Baitusen menemukan lubuk teripang. Di dalamnya terdapat ribuan ekor teripang. “Wah, ini rezeki! Teripang- teripang ini mahal harganya, apalagi jika ku keringkan. Para saudagar dari Singapura dan China tentu mau membelinya dengan harga mahal,” katanya dengan senang. Sejak itu, Baitusen tak lagi mencari kerang dan ikan. Dari lubuk teripang temuannya, ia bisa menangkap banyak untuk dijual. Mai Lamah juga tak lagi mencari kulit kerang. Ia membantu suaminya mengeringkan teripang-teripang itu. Tak lama, teripang kering milik Baitusen tersohor sampai ke negeri tetangga. Banyak saudagar dari Singapura dan China datang untuk membeli. Para saudagar itu memanggil Mai Lamah “Nyonga May Lam”, sedangkan Baitusen dipanggil “Saudagar Teripang”. Dalam setahun, kehidupan Baitusen dan Mai Lamah berubah drastis. Mereka menjadi orang yang sangat kaya raya. Namun kekayaan mereka membuat perangai Mai Lamah berubah. Mai Lamah tak lagi berkumpul dan mengobrol bersama tetangganya. Pergaulannya dengan para saudagar itu membuatnya lupa diri. Nama Nyonya May Lam membuatnya berpenampilan beda. Ia menggunakan gincu, minyak wangi, dan bedak yang tebal. Perhiasan emas memenuhi leher dan tangannya. Jika tangannya digerakkan, maka gelangnya akan berbunyi “krincing… krincing….” Cerita Rakyat dari Daerah Kepulauan Riau Baitusen dan Mai Lamah “Mengapa ia tak mau lagi bergaul dengan kita?” tanya seorang tetangganya. “Entahlah. Mungkin penampilan kita yang jelek dan berbau anyir?” jawab tetangga yang lain. “Hei, bukankah ia dulu serupa dengan kita? Bahkan dulu ia lebih kumal dari kita?” seru yang lain. Begitulah para tetangga mulai memperbincangkan Mai Lamah. Suatu hari, seorang tetangga mengadakan hajatan. Semua orang diundang, tapi Mai Lamah tak datang. Tetangga itu kemudian mengantar nasi ke rumahnya, supaya Mai Lamah juga mencicipi hidangannya. “Apa ini?” tanya Mai Lamah ketika menerimanya. “Nasi hajatan, Mai Lamah. Lauknya ikan asin dan sambal. Ada juga sayur daun pepaya. Kau suka, bukan?” jawab tetangganya. “Suka? Hidangan semacam ini menjijikkan untukku. Coba, ciumlah bau ikan asin ini. Anyir sekali. Lekas kau bawa kembali nasimu ini. Aku tak sudi memakannya!” kata Mai Lamah sambil melemparkan bakul nasi itu. Si tetangga hanya tertegun mendengar perkataan Mai Lamah itu. Lain halnya dengan Baitusen. Ia tak berubah dan tetap sederhana. Ia selalu menasihati istrinya. “Istriku, rezeki itu datangnya dari Tuhan. Kau tak boleh sombong. Nanti Tuhan marah. Ingat, pertama kali kita datang ke pulau ini, bukankah tetangga-tetangga kita memperlakukanmu dengan baik?” nasihat Baitusen kepada istrinya. “Itu dulu, Bang. Sekarang ceritanya lain. Aku sudah menjadi istri seorang saudagar, tentu saja tak boleh bergaul dengan sembarang orang,” ketus Mai Lamah. Suatu hari, Baitusen mengumumkan kalau Mai Lamah hamil! Semenjak itu, perilaku Mai Lamah bukannya bertambah baik, tapi malah hertambah sombong. Ia gemar memamerkan perhiasan emas untuk colon bayinya, hadiah dari para saudagar China dan Singapura. Ketika Mak Semah, tetangganya yang seorang bidan menawarkan diri untuk memeriksa kehamilannya, Mai Lamah malah mencemoohnya. “Aku hanya akan memeriksakan kehamilanku pada tabib dari China. Mereka jauh lebih hebat darimu.” Mak Semah hanya bisa diam. “Rupanya wanita ini memang sudah benar-benar lupa diri,” pikirnya dalam hati. Tibalah saatnya Mai Lamah melahirkan. Siang itu perutnya terasa mulas sekali. Baitusan amat cemas. “Aduhh… aduhh… aku tak tahan lagi, Bang. Panggilkan tabib China di kapal saudagar Apeng yang berlabuh di dermaga,” teriak Mai Lamah. Malang bagi mereka, kapal Saudagar Apeng pulang lebih awal dari rencana semula. Baitusen kebingungan. Tiba-tiba ia teringat pada Mak Semah. “Maaf, Baitusen. Aku tak bisa menolong istrimu. Aku sudah pernah menawarkan jasaku padanya. Tapi ia malah menghinaku,” jawab Mak Semah. “Bawalah ia ke pulau seberang. Di sana ada bidan yang terkenal. Mungkin istrimu mau diperiksa olehnya,” kata Mak Semah lagi. Baitusen panik. Ia kembali ke rumah. Ia membujuk istrinya meminta maaf pada Mak Semah. “Apa? Minta maaf pada bidan kampung itu? Aku tak sudi! Antarkan saja aku ke pulau seberang,” kata Mai Lamah. Baitusen tak bisa memaksa istrinya. Dengan bersusah payah ia membopong istrinya ke perahu. Tiba-tiba Mai Lamah ingat sesuatu. “Bang, cepat kembali ke rumah. Bawalah peti harta kita. Aku takut jika para tetangga mencurinya,” katanya. “Tapi peti itu berat sekali. Bukankah kau menyimpan semua harta kita di dalamnya?” jawab Baitusen. “Justru karena itu Bang. Jika peti itu sampai hilang, habislah kita,” kata Mai Lamah lagi. Baitusen pun menuruti perintah istrinya. Baitusen mendayung perahunya sekuat tenaga. Perahu itu terasa berat. Apalagi, gelombang di lautan tinggi sekali. Perahu mulai oleng dan tenggelam. Mai Lamah berteriak-teriak melihat peti hartanya tenggelam. “Bang… selamatkan peti harta kita. Jangan sampai tenggelam, Bang!” Baitusen tak memedulikan hartanya. Baginya, keselamatan istrinya jauh lebih penting. Ia menarik tangan Mai Lamah dan terjun ke laut. Ia berusaha berenang sambil menarik istrinya menuju daratan. Tapi sayang, Baitusen tak mampu lagi menyelamatkan istrinya. Tiba- tiba petir menyambar-nyambar dan hujan turun sangat deras. Secepat kilat, petir itu menyambar tubuh Mai Lamah. Tubuhnya berubah menjadi batu yang berbadan dua. Batu itu makin lama makin besar, menyerupai sebuah pulau. Demikianlah akhir cerita Mai Lamah yang sombong itu. Pulau berbadan dua itu dikenal dengan nama Pulau Sanua yang berarti “satu tubuh berbadan dua”. Masyarakat meyakini bahwa burung layang-layang putih yang banyak terdapat di Kepulauan Riau itu berasal dari perhiasan emas Mai Lamah. Pesan moral dari Cerita Rakyat dari Daerah Kepulauan Riau untukmu adalah Janganlah menjadi orang yang sombong. Orang yang baik hati dan tidak sombong akan selalu dicintai oleh orang-orang di sekitarnya. Jika Adik-adik suka dengan legenda rakyat kali ini, jangan lupa baca kisah rakyat riau lainnya yaitu yaitu Cerita Rakyat Riau Legenda Dayang Kumunah dan Kumpulan Cerita Rakyat Daerah Riau.
Bacajuga: Jelajah Surga Wisata Air Terjun di Flores Barat NTT, Ada Cerita Mistis. Jika Jalan Trans Flores pansela cenderung berkelok-kelok, Trans Pantai Utara tidak demikian. Tanjakan juga sangat sedikit dan wisatawan yang melewatinya punya lebih banyak kesempatan melihat panorama pantai dan laut di sepanjang jalan.
Dari daerah Maluku, ada banyak sekali kisah yang menarik untuk disimak. Salah satunya adalah legenda Nenek Luhu atau yang juga dikenal sebagai asal mula terjadinya laguna Air Putri di Maluku. Kira-kira seperti apa kisahnya? Kalau penasaran, langsung saja simak selengkapnya berikut ini, ya!Kamu mungkin kurang familier dengan legenda Nenek Luhu asal daerah Maluku ini. Namun karena ada pepatah yang berbunyi tak kenal maka tak sayang, maka dari itu kamu harus membaca yang juga dikenal sebagai cerita rakyat terjadinya Laguna Air Putri ini menarik sekali untuk disimak. Kisahnya nggak kalah seru jika dibandingkan dengan yang lainnya, lho. Tidak hanya menghibur, tetapi ceritanya juga memiliki pesan moral yang baik untuk dijalankan dalam kehidupan ringkasan cerita legenda Nenek Luhu, di sini kamu pun akan menemukan ulasan unsur intrinsik, dan fakta menariknya. Daripada semakin nggak sabar, mending langsung saja cek kisah lengkapnya di bawah ini, yuk! Selamat membaca! Sumber Gambar Rumah Pada zaman dahulu kala, ada sebuah kerajaan bernama Luhu di Pulau Seram, Maluku. Kerajaan tersebut dipimpin oleh Raja Gimalaha. Di bawah kepemimpinannya, Kerajaan Luhu sangatlah makmur dan sentosa. Terlebih lagi, wilayahnya memang dikenal sebagai salah satu penghasil cengkeh yang besar. Sang raja memiliki seorang istri bernama Puar Bulan dan memiliki tiga orang anak, yaitu Ta Ina Luhu, Sabadin Luhu, dan Kasim Luhu. Semua anak-anaknya memiliki kepribadian yang baik, namun yang paling menonjol adalah si putri sulung, Ta Ina Luhu. Gadis itu tidak hanya cantik, tetapi juga mandiri, cekatan, dan tegas. Hingga pada suatu hari, datanglah penjajah Belanda ke wilayah Kerajaan Luhu. Mereka memang sudah lama mengincar wilayah tersebut karena tergiur dengan rempah-rempah yang dimilikinya. Tanpa buang-buang waktu lagi, para penjajah tersebut menyerang Kerajaan Luhu. Keadaan menjadi kacau balau karena pertempuran yang sengit. Karena memiliki senjata yang lebih canggih, Belanda tentu saja menang dan dapat mengalahkan rakyat Luhu dengan mudah. Dalam waktu singkat, mereka bisa menguasai kerajaan. Semua anggota kerajaan tewas terbunuh, hanya Ta Ina Luhu yang selamat. Meskipun begitu, para penjajah itu tidak tinggal diam. Mereka menangkap sang putri lalu dibawa ke Ambon untuk dijadikan istri dari panglima perang Belanda. Nasib Ta Ina Luhu Ketika sudah sampai di Ambon, Ta Ina Luhu tentu saja menolak untuk menikah dengan orang menyebabkan keluarganya tewas dan negerinya hancur. Namun, penolakan tersebut tidak diterima baik oleh sang panglima. Lantas apa yang terjadi selanjutnya? Tentu saja, wanita tersebut diperlakukan tidak baik dan bahkan sempat dilecehkan. Merasa tidak sanggup terus menerus mengalami hal seperti ini, ia pun berusaha mencari cara untuk pergi dari sana. Pada suatu hari, Ta Ina Luhu berhasil mengelabui tentara Belanda dan kabur dari Ambon. Ia berlari dan terus berlari hingga akhirnya tiba di sebuah kerajaan bernama Soya. Beruntungnya, tak hanya disambut dengan hangat, tetapi ia juga diperlakukan dengan baik di sana . Dirinya sudah dianggap sebagai saudara sendiri di tempat tersebut. Tak ayal, hal itu membuat hatinya merasa terenyuh dan merindukan keluarganya yang telah tiada. “Ayah, Ibu, Sabadin, Kasim, beta rindu sekali dengan kalian. Beta berharap semoga kalian tenang di sana,” lirihnya sembari terisak. Ta Ina Luhu merasa sangat aman dan nyaman tinggal di kerajaan Soya. Namun sepertinya, hal tersebut tidak berlangsung lama karena beberapa bulan kemudian ia diketahui sedang mengandung. Karena tak mau semakin merepotkan keluarga Soya, ia berencana untuk kabur. Pada suatu malam, wanita itu menjalankan rencananya untuk pergi dari kerajaan tersebut. Ia diam-diam pergi melalui pintu belakang istana dan membawa serta seekor kuda putih yang tengah ditambatkan di sebuah pohon tak jauh dari sana. Sebelum benar-benar pergi, ia bergumam, “Maafkan beta karena harus pergi dengan cara seperti ini. Beta tidak mau terus-terusan merepotkan keluarga kalian. Jangan cari dan relakan beta pergi.” Setelah itu, ia pun pergi dengan menaiki kuda putihnya. Baca juga Kisah Si Kancil dan Si Gajah beserta Ulasan Lengkapnya, Fabel Menarik yang Mengandung Pesan Bermakna Perjuangan pun Dimulai Ta Ina Luhu sendirian menyusuri hutan yang begitu sunyi. Ia sebenarnya tidak memiliki tujuan. Namun, dirinya tak memiliki pilihan selain terus memacu kudanya dan berharap menemukan tempat persembunyian yang aman. Berhari-hari, wanita itu hidup di jalanan hingga kemudian tibalah ia di puncak gunung. Ia berhenti di sana sejenak untuk melepaskan lelah setelah melakukan perjalanan yang sangat jauh. Pemandangan yang ia lihat dari puncak begitu indah sehingga mampu mengusir lelah dan membuat perasaannya sedikit lebih baik. “Negeriku… keindahanmu benar-benar membuatku begitu terpesona,” ucapnya. Setelah berkata demikian, dirinya tiba-tiba jatuh dari kudanya dan tidak sadarkan diri saking lelahnya. Ia baru bangun lagi keesokan harinya dengan kondisi perut yang begitu kelaparan. Sayangnya, di tempat itu tidak banyak makanan yang bisa ditemukan. Hanya ada rumput untuk memberi makan kudanya dan beberapa jambu biji yang masih tergantung di sebuah pohon tak jauh dari situ. Dengan sisa tenaga yang dimilikinya, ia mengambil buah jambu tersebut lalu memakannya sekadar untuk mengganjal perut. Pencarian Putri Ta Ina Luhu Sementara itu di tempat lain, Raja Soya tengah kebingungan mencari keberadaan Ta Ina Luhu. Ia memerintahkan semua pengawal untuk mencarinya di sekitar istana, tapi hasilnya masih nihil. “Ampun, Baginda. Kami sudah mencarinya ke mana-mana, tapi keberadaan Putri Ta Ina Luhu belum bisa ditemukan. Hanya saja, kuda putih milik Baginda tidak ada, sepertinya sang putri membawanya serta.” Mendengar kata-kata tersebut, sang raja tidak marah tetapi malah semakin khawatir dengan keadaan sang putri. Terlebih lagi, wanita itu sedang mengandung. Tanpa pikir panjang lagi, lelaki tersebut kemudian memanggil semua pejabat istana dan melakukan rapat. Katanya, “Aku ingin kalian mengumpulkan para pemuda untuk membantuku mencari Putri Ta Ina Luhu dan membawanya pulang dalam keadaan selamat.” “Baik, Baginda. Perintah Baginda akan kami laksanakan,” jawab salah seorang mewakili. Setelah itu mereka semua bergegas untuk melakukan titah raja. Ratusan pemuda sudah dikumpulkan dan dibagi dalam kelompok-kelompok supaya mempermudah pencarian. Mereka mencari sang putri dengan mengikuti jejak-jejak kuda yang tertinggal. Baca juga Kisah dari Nusa Tenggara Barat, Kembang Ander Nyawe Beserta Ulasan Lengkapnya yang Menarik tuk Kamu Simak Semakin Jauh Melarikan Diri Putri Ta Ina Luhu yang sedang berada di puncak gunung sayup-sayup mendengar teriakan yang memanggil namanya. Kemudian, sadarlah ia kalau Raja Soya pasti menyuruh orang-orang untuk mencarinya. Maka dari itu, ia memutuskan untuk pergi dari situ. Beberapa saat setelah sang putri pergi, salah satu rombongan raja tiba di tempat itu. Tentu saja mereka tak menemukannya, yang ada hanyalah sisa-sisa kulit dan biji dari jambu yang dimakannya. Lalu oleh orang-orang tersebut, tempat itu diberi nama Gunung Nona. Karena benar-benar tak mau ditemukan, sang putri semakin memacu kudanya dengan cepat untuk menuruni lereng gunung. Hingga sampailah ia di sebuah pantai bernama Amahusu. Angin di tempat tersebut begitu kencang sehingga menerbangkan topi yang dipakainya. Ketika hendak mengambil topinya, entah mengapa benda tersebut tiba-tiba berubah menjadi batu. Nah, batu tersebut lalu diberi nama Batu Capeu. Dengan sisa-sisa tenaga yang dimiliki, wanita tersebut meneruskan perjalanannya hingga ke Ambon. Namun di tengah perjalanan, ia merasa benar-benar haus sehingga berhenti di sebuah sumber air. Di sana, dirinya minum sepuasnya. Mata air inilah yang nantinya dinamakan Air Putri. Menghilang Secara Misterius Ta Ina Luhu memutuskan beristirahat sejenak di tempat tersebut sebelum kembali lagi ke puncak Gunung Nona. Namun tak berapa lama kemudian, lagi-lagi ada teriakan yang memanggil-manggil namanya. Hal tersebut tentu saja membuatnya gusar. Meskipun berusaha menghindar lagi, kali ini ia kalah cepat dengan rombongan yang diutus sang raja. Ia tak sempat kabur karena sudah dihadang oleh mereka. “Putri… Mari pulanglah bersama kami. Sang raja sudah menunggumu di istana,” kata salah seorang dari mereka. Karena sudah terjebak, Ta Ina Luhu turun dari kudanya dan berlutut. Ia berdoa kepada Tuhan supaya tidak dibawa pulang ke istana. “Tuhan… tolonglah Beta. Beta tak mau kembali ke istana dan merepotkan orang lain lagi. Beta hanya ingin hidup sendiri.” Saat salah seorang dari rombongan mendekat ke arah sang putri, tiba-tiba wanita tersebut menghilang begitu saja. Sontak, hal itu membuat semua orang yang menyaksikannya begitu terkejut. Mereka pun pulang dengan tangan hampa. Akan tetapi sejak peristiwa tersebut, ada sebuah mitos yang berkembang di Maluku mengenai Ta Ina Luhu. Katanya, wanita tersebut sering muncul dengan kaki separuh manusia dan separuh kuda pada saat Ujang Panas hujan turun, namun cuaca tetap panas. Bersamaan dengan hal tersebut, akan ada anak-anak yang hilang dan Ta Ina Luhulah yang diduga menculiknya. Baca juga Legenda Si Penakluk Rajawali Asal Sulawesi Selatan dan Ulasan Menariknya, Pelajaran Berharga tentang Ketulusan Unsur-Unsur Intrinsik Legenda Nenek Luhu Sumber Wikimedia Commons Setelah menyimak ringkasan cerita legenda Nenek Luhu, selanjutnya di sini kamu akan menemukan ulasan singkat unsur-unsur intrinsik dari kisah tersebut. Berikut penjelasannya 1. Tema Tema atau inti cerita dari legenda Nenek Luhu adalah tentang seorang perempuan yang tidak mau terus-terusan bergantung pada orang lain dan berutang budi. Maka dari itu, ia memilih untuk kabur dan hidup sendiri karena tak mau terlalu banyak merepotkan orang yang telah menolongnya. 2. Tokoh dan Perwatakan Dalam legenda Nenek Luhu ada beberapa tokoh yang akan dibahas dengan lebih mendalam. Yang pertama tentu saja adalah Ta Ina Luhu. Ia merupakan seseorang putri yang berparas cantik dan berkepribadian baik. Hanya saja, ia bertekad untuk hidup sendiri karena tidak enak terus-terusan bergantung pada orang lain. Ia merasa dirinya sudah terlalu banyak merepotkan dan berutang budi. Selanjutnya, ada panglima perang Belanda yang begitu kejam. Ia tak hanya menghancurkan kerajaan Ta Ina Luhu, tetapi juga membunuh keluarganya dan melecehkan dirinya. Kemudian di urutan terakhir adalah Raja Soya. Pria tersebut adalah orang yang baik. Ia mau menolong sang putri yang tengah mengalami kesusahan. 3. Latar Karena legenda Nenek Luhu atau yang juga dikenal sebagai cerita rakyat terjadinya laguna Air Putri ini berasal dari Maluku, maka sudah jelas jika ceritanya menggunakan latar tempat di daerah tersebut. Namun, di dalam cerita juga sudah dituliskan beberapa latar tempat yang lebih spesifik, yaitu istana Kerajaan Luhu, hutan, Ambon, istana Kerajaan Soya, dan masih banyak lagi. Untuk latar waktunya, beberapa juga sudah disebutkan dalam cerita. Contohnya adalah keesokan hari, pada malam hari, dan beberapa bulan kemudian. 4. Alur Legenda Nenek Luhu Dongeng yang telah kamu di atas menggunakan menggunakan alur maju. Kisahnya bermula dari penjajah Belanda yang menyerang Kerajaan Luhu, membunuh semua anggota kerajaan, dan hanya Putri Ta Ina Luhu yang selamat. Sang putri lalu dibawa paksa ke Ambon. Setelah mengalami penyiksaan, ia akhirnya berhasil kabur dan diangkat menjadi keluarga Kerajaan Soya. Namun saat mengetahui kalau dirinya hamil, ia memilih kabur karena tidak mau semakin merepotkan keluarga angkatnya. Sang raja kemudian menyuruh pemuda dari wilayahnya untuk mencari Ta Ina Luhu. Pada akhirnya, rombongan pemuda itu pulang dengan tangan kosong karena sang putri tiba-tiba menghilang begitu saja. 5. Pesan Moral Pesan moral atau amanat yang bisa kamu ambil dari legenda Nenek Luhu ini adalah supaya kamu kuat untuk menjalani kehidupan. Hidup ini keras maka kamu harus tetap berjuang. Selain itu, jangan selalu bergantung dan mengandalkan kebaikan orang lain. Selagi kamu bisa melakukan hal apa pun itu sendiri atau mandiri, maka lakukanlah. Tak hanya unsur intrinsiknya saja, jangan lupakan pula unsur ekstrinsik dari legenda Nenek Luhu ini. Unsur ekstrinsik tersebut biasanya meliputi latar belakang masyarakat, penulis, dan nilai-nilai yang sudah lama dilakukan. Baca juga Legenda Asal Usul Burung Cendrawasih dan Ulasannya, Kisah Si Burung Surga yang Mengandung Amanat Bermakna Fakta Menarik tentang Cerita Rakyat Terjadinya Laguna Air Putri di Maluku Sumber Twitter – papaOranje Tadi kamu sudah menyimak ulasan unsur intrinsiknya, kan? Nah, berikut ini ada fakta menarik dari kisah tersebut yang tidak boleh dilewatkan. 1. Laguna Air Putri Tadi, sudah disebutkan bahwa legenda Nenek Luhu memiliki kaitan erat dengan asal-usul Laguna Air Putri. Nah, obyek wisata tersebut tepatnya terletak di Desa Waiyoho, Kecamatan Seram Barat. Tempat ini sebenarnya adalah mata air yang muncul tepat di pinggiran pesisir pantai yang kemudian membentuk laguna. Uniknya, di laguna tersebut air tawar dari sumber mata air bercampur dengan air dari laut. Meskipun akses menuju ke sana bisa dibilang tidak mudah, tempat ini tetap menarik minat wisatawan, baik itu dari lokal maupun mancanegara untuk berkunjung. Baca juga Legenda Watu Maladong dari Nusa Tenggara Timur, Batu Sakti yang Menyuburkan Sumba, Beserta Ulasan Menariknya Sudah Puas Menyimak Legenda Nenek Luhu di Atas? Demikianlah tadi kisah lengkap dari legenda Nenek Luhu atau asal-usul Laguna Air Putri dari Maluku beserta ulasannya yang bisa kamu simak di sini. Gimana? Tentunya tidak hanya bagus, tetapi ada nilai moral yang bisa kamu pelajari, kan? Nah, kalau misalnya kamu masih mencari cerita nusantara yang lain, mending langsung cek artikel-artikel PosKata, deh. Contohnya adalah asal usul Kota Malang, legenda Buaya Perompak dari Lampung, cerita Putri Tandampalik dari Sulawesi Selatan, dan masih banyak lagi. Oh iya, kalau kamu mencari fabel, dongeng dari Barat, dan kisah para nabi, di sini juga ada, lho. Lengkap banget, kan? Makanya, baca PosKata terus, yuk! PenulisErrisha RestyErrisha Resty, lebih suka dipanggil pakai nama depan daripada nama tengah. Lulusan Universitas Kristen Satya Wacana jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang lebih minat nulis daripada ngajar. Suka nonton drama Korea dan mendengarkan BTSpop 24/7. EditorElsa DewintaElsa Dewinta adalah seorang editor di Praktis Media. Wanita yang memiliki passion di dunia content writing ini merupakan lulusan Universitas Sebelas Maret jurusan Public Relations. Baginya, menulis bukanlah bakat, seseorang bisa menjadi penulis hebat karena terbiasa dan mau belajar.
CWUj1mQ. jk15irhx92.pages.dev/81jk15irhx92.pages.dev/309jk15irhx92.pages.dev/197jk15irhx92.pages.dev/164jk15irhx92.pages.dev/269jk15irhx92.pages.dev/21jk15irhx92.pages.dev/217jk15irhx92.pages.dev/72jk15irhx92.pages.dev/187
cerita rakyat dari nusa laut